Rinjani Bisa

Rinjani Bisa

Just…

Mencatat beberapa perkembangan anak yang biasanya kalau lagi overthinking suka mencemaskan. Masalahnya apa? Karena punya background info, membandingkan ke sana… atau membandingkan ke orang lain.

Padahal… Perkembangan setiap individu tuh unik dan pasti beda-beda. Sukanya kita yang mengeneralisir dan membikin klasemen-klasemen berdasarkan data yang ada, ya kan… Belum lagi di dunia yang serba rasional, data lebih dipercaya. Sehingga premis awal tentang keunikan jadi terlupakan.

Anak kembali ke sekolah. Biasanya belajar online sementara mama Work-from-Home, membuat kebiasaan untuk selalu dalam pengawasan, kendali, dan kesegeraan menyediakan solusi. Ketika anak pergi ke sekolah untuk PTM, Offline,… mama jadi insecure, ga percaya diri dan ngga mempercayai apa Si Anak bisa menyelesaikan problematikanya sendiri… Ya gitu deh. Saya mengalaminya juga.

Untungnya lalu ingat dan kemudian menyiapkan diri untuk melepas dan memberi ruang kemandirian. Momen seperti ini engga selalu datang. Jadi, ciptakan aja. Dan manfaatkan. Alihkan saja perhatian ke prioritas lain. Tau-tau kemudian saya surprised,… Pulang sekolah, anak membawa lembar-lembar ulangannya. Ada nilai yang dibubuhkan guru di halaman pertama. Eh, baru sadar, ternyata anak saya bisa lho… Bercampur lega dan bahagia karena hasilnya tidak bisa dibilang jelek, meskipun bukan angka sempurna. Menjadi konfirmasi juga bahwa bekal metode dan tata cara yang selama ini dilakukan bisa bekerja dan direkam oleh anak.

Naik Sepeda.

Rinjani bukannya tidak suka bersepeda. Hanya dia belum mau. Waktu itu, ketika dikenalkan di umur 5. Tiap kali diajak mencoba, dia ogah-ogahan… Enggan mengajak otot-ototnya bekerjasama.

Kalau melihat kawan-kawannya di lingkungan tempat tinggal, ah, gemes banget sudah pada ngebut dan keluyuran bak burung-burung. Lalu mulailah berpikir kejauhan tentang bakat, tentang kepribadian, tentang kemampuan bertahan… Sungguh memakan waktu dan emosi. Sampai bosan sendiri.

Tau-tau, suatu hari, 2 tahun setelahnya… Anaknya minta sendiri mencoba lagi. Belajar sama teman tanpa ngga kenal capek, pagi-sore. Lho… 2 minggu saja dia udah bisa menyeimbangkan diri dan mengayuh kencang. Masyaallah…

Tuh, ya kan…

Sebenarnya banyak hal ngga perlu terlalu dicemaskan. Tugas orang tua mengenalkan, memperlihatkan, memberi bekal dasar… Setelah itu, anaknya harus punya motivasi kuat sendiri untuk menjadi bisa dan mahir. Percuma kalau dipaksa-paksa… salah-salah dia malah ill-feel

Dua hal yang dicatatkan kali ini. Dua hal yang buat saya membanggakan. Bangga sama anaknya. Bangga sama diri kami, orang tuanya, sudah membawakan diri dan pengajaran dengan cukup dan wajar.

Semoga kami bisa terus bertumbuh dengan alami sampai mahir dengan Hidup.

Leave a comment